Tuesday, November 25, 2008

Rupiahku



Permintaan dolar AS dipasar yang tidak kunjung surut menjelang akhir tahun membuat rupiah siang ini pukul 14:45 berada di level 12.690 per dolar AS, melemah dibandingkan kemarin di 12.050 per dolar AS.

Sementara itu pasokan dolar dipasar relatif langka membuat rupiah kembali tertekan. Naiknya bursa saham regional pasca bailout Citigroup Inc., senilai US$306 miliar tidak banyak berdampak terhadap rupiah.

Harga saham di bursa Jakarta yang sedikit menguat tidak mampu menahan tekanan rupiah. Trend dolar kedepan yang masih strong dan ekonomi global yang masih tidak menentu menguat membuat para investor masih enggan masuk ke mata uang yang beresiko tinggi seperti rupiah.

Monday, November 24, 2008

Citigroup Terancam Bangkrut


Citigroup Inc., Salah satu perbankan terbesar di jagad raya ini dengan nilai aset mencapai US$ 270 miliar terancam bangkrut. Perusahaan dengan logo gambar payung ini ternyata tidak mampu lagi memayungi pelanggannya, karena payungnya dipakai sendiri untuk menahan hujan krisis finansial global. Hehe....hehe...

Ini akan menjadi taruhan terbesar bagi pemerintah AS. Dimana Citigroup adalah raksasa yang terlalu besar untk dibiarkan ambruk, ujar seorang pengamat.

Dan akhirnya citigroup mendapat dana talangan dari pemerintah AS sebesar US$ 20 miliar

Thursday, November 13, 2008

Rupiah Kembali Liar

Pergerakan rupiah kembali liar hingga menyentuh Rp 12.000 per dolar AS karena pasar finansial global yang kembali bergejolak setelah bursa saham Wall Street kembali anjlok. Walaupun pada penutupan hari ini sedikit berbalik arah dan ditutup dilevel Rp 11.700 per dolar AS, atau melemah 200 poin dari penutupan sebelumnya Rp 11.500 per dolar AS.

Kekhawatiran ekonomi dunia yang terus memburuk membuat para pelaku pasar lebih aman untuk memegang dolar daripada rupiah yang diperkirakan akan terus melemah.

Tersedotnya likuiditas dolar dipasar global ke pasar AS membuat greenback terus menguat terhadap mata uang utama maupun dunia kecuali terhadap yen. Makin memburuknya krisis global mata uang Uncle Sam akan terus terapresiasi.

Untuk menutupi defisit anggaran AS yang mencapai US$ 438 miliar tahun 2008 dan diperkirakan akan terus meningkat tahun depan serta dana untuk bailout yang mencapai US$ 700 miliar memaksa Pemerintah AS akan menerbitkan obligasi yang sangat besar senilai US$ 500 miliar lebih untuk triwulan IV tahun ini.

Dolar pun akan kembali tersedot kembali ke AS membuat mata uang ini akan terus meroket.

Harga Minyak Terus Turun

Minyak turun ke level terendah Selama 21 Bulan Terakhir setelah data dari International Energy Agency (IEA) memberi sinyal melambatnya ekonomi akan memangkas permintaan minyak.

Harga minyak di New York Merchantile Exchange (NYMEX) untuk antaran bulan Desember ditransaksikan di US$ 55,95 per barel turun 21 sen pada pukul 11.14 am waktu London. Bahkan sebelumnya sempat jatuh US$ 1,49 (2,7 persen per barelnya yang merupakan posisi terendahnya sejak 30 Juni tahun lalu.
Prospek ekonomi makin memburuk, perkiraan permintaan minyak suram. “Semua ini membuat tekanan berat terhadap harga minyak, ujar Eugen Weinberg analis dari Commerzbank AG di Frankfurt.

IEA menurunkan perkiraan permintaan minyak untuk tahun 2009 dalam tiga bulanan yang merupakan terbesar dalam 12 tahun terakhir karena makin memburuknya ekonomi. Hal ini dipicu oleh memburuknya ekonomi Jerman yang merupakan salah satu negara besar dikawsan eropa mulai merasakan resesi, data persediaan minyak dan bahan bakar AS meningkat membuat minyak terus turun.

BLOOMBERG

Sunday, November 9, 2008

Pasar Finansial Kembali Bergejolak



Pasar finansial global kembali bergejolak selama minggu kemarin setelah bank sentral dari mata uang utama memangkas suku bunganya. Bank sentral uni Eropa (ECB), bank sentral Swiss (SNB) serta bank sentral Australia (RBA) menurunkan suku bunganya secara impresif hingga 50 basis poin, bahkan bank sentral Inggris suku bunganya hingga 150 basis poin. Hal ini dilakukan karena buruknya data ekonomi AS. Tetapi secara keseluruhan pergerakannya pasar mata uang dan bursa saham masih dalam batas wajar.

Memang volatilitas cukup tinggi hampir mencapai 3,0 poin (dari 83,9 hingga 86,89) di indeks dolar dan lebih dari 1.000 poin (dari 8.673 – 9.653) untuk indeks Dow Jones.

Penurunan suku bunga oleh bank sentral seluruh kawasan sudah diantisipasi oleh pasar dan diperkirakan akan menuju ke level antara 0 hingga 2 persen. Data - data ekonomi yang telah dirilis merefleksikan bahwa ekonomi dari negara maju mulai mengalami resesi. Ini membuat landasan yang kuat bahwa pasar akan cenderung konsolidasi. Dengan kata lain, trend yang fluktuatif saat ini masih akan berlanjut.

Dalam situasi ini yang perlu diperhatikan adalah:
Pertama: pergerakan indeks dolar, EUR/USD, serta Dow Jones yang saat ini masih konsolidasi dan mungkin akan bergejolak lagi.
Kedua: Pergerakan ketiganya biasanya sangat ekstrim bila ada berita negative karena akan membuat pasar kembali pesimis.

Ketiga: Harga komoditas yang cenderung terus turun terutama harga minyak yang sekarang berada di bawah 60 dolar AS per barel.

Dan keempat: Poundsterling yang melemah setelah bank sentral Inggris memangkas suku bunganya 150 basis poin menjadi 3,0 persen merupakan posisi terendah sejak 1955 dan penurunan terbesar sejak 16 tahun terakhir. Kebijakan penurunan suku bunga mendekati 0 persen ini masih akan berlanjut.

Data non faram payroll yang mengalami kontraksi 240 ribu dan angka pengangguran mencapai 6,5 persen tertinggi sejak 2001 membuat pasar tetap pesimis terhadap ekonomi AS.

Actionforex.com