Thursday, January 8, 2009

Rupiah Masih Enggan Menjauh Dari level 11 ribu


Tidak adanya pasokan dolar kepasar membuat rupiah masih enggan menjauh dari level Rp 11 Ribu per dolar AS. Sedangkan kebutuhan dolar masih mengalir. Eksportir yang menajdi andalan pemasok dolar justru memarkirkan dananya diluar negeri. Apalagi sekarang para eksportir terkena hantman badai krisis finansial global. Dimana pesanan ekspor pasti akan merosot membuat dolar semakin langka dipasar.

Pada transaksi antar bank kemarin nilia tukar rupiah ditutup Rp 10.950 per dolar AS, yang berarti memlemah 150 poin bila dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 10.800 per dolar AS. Untuk beberapa waktu kedepan rupiah masih akan ditransaksikan dikisaran Rp 10.700 - Rp 11.100 per dolar AS.


Diberlakukannya peraturan Bank Indonesia mengenai pembelian valuta asing harus menyertakan underlying transaksi ternyata cukup efektif untuk meredam aksi para spekulan yang mencari keuntungan sesaat membuat rupiah bergejolak.

Sampai saat ini perkembangan rupiah memang cukup baik, rupiah tidak lagi terpental - pental seperti tahun 2008 lalu.

Bank Indonesia (BI) juga sudah mengerti bahwa suku bunga tinggi tidak menguntungkan buat rupiah. Dalam Rapat Dewan Gubernur BI kembali memangkas suku bunganny sebesar 50 basis point menjadi 8,75 persen. Namun, ini juga tidak langsung otomatis langsung menguat. Karena memang supply dolar dipasar yang memang kering.


Investor asing masih belum berani menaruh dananya di emerging market yang beresiko tinggi. Mereka cenderung menanamkan dananya di obligasi negara AS yang diyakini lebih aman, walaupun imbal hasilnya sangat kecil. Karena di Amerika sendiri saat ini ada slogan "cash is king" (uang tunai adalah segalanya).


Krisis finansial global yang masih bergulir masih menjadi batu ganjalan bagi penguatan rupiah kedepan. Dimana data masih menunjukkan bahwa perekonomian AS masih terpuruk.

No comments: